Rabu, 04 Desember 2013

Permintaan Gas Terus Naik

2015, Bali Terancam Kekurangan Stok Gas



Denpasar (Bali Post) - Permintaan gas di Bali terus mengalami peningkatan. Tingginya permintaan tersebut, menurut Sales Area Manager Fuel Retail Marketing Region V Pertamina Bali-NTB Iin Febrian, bisa membuat Bali terancam akan kekurangan stok gas lima tahun ke depan. Dikatakan, terancamnya stok gas tersebut akibat tangki timbun elpiji masih sangat terbatas. ''Jumlah permintaan akan gas dipastikan terus mengalami peningkatan, seiring kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Namun untuk memenuhi permintaan tersebut, Pertamina boleh dibilang cukup ketar-ketir karena untuk di Bali sendiri tangki timbun elpiji masih sangat terbatas,'' ujarnya.

Ia mengatakan, saat ini untuk tangki timbun masih mengandalkan depo Manggis yakni 3.000 metrik ton. Dari jumlah volume tersebut rata-rata aktual saat ini jumlah pasokan yang bisa disalurkan Pertamina hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat 3 - 4 hari. ''Jumlah ini tentunya sangat riskan, misalkan saja terjadi gangguan suplai seperti cuaca buruk belakangan ini menyebabkan kapal tidak berani merapat. Hal ini tentu saja dikhawatirkan dapat berdampak pada pemenuhan kebutuhan masyarakat,'' jelasnya.

Menurutnya, akibat cuaca buruk, terkadang stok gas berada di posisi rawan atau kritis yakni hanya cukup untuk 2-3 hari. ''Idealnya stok gas di tangki timbun harus bisa memenuhi permintaan kebutuhan akan gas lebih dari 5 hari,'' jelasnya.

Mengatasi tingginya jumlah permintaan tersebut tentunya diperlukan penambahan tangki timbun elpiji. Namun, diakui Iin Febrian yang baru lima bulan menjabat di Pertamina Bali-NTB ini, diperlukan dukungan pemerintah dan kesadaran masyarakat setempat. ''Tanpa dukungan dua komponen itu, sudah jelas kami tidak bisa berbuat lebih banyak, karena itu kembali pada keputusan mereka. Paling tidak kita bisa pahami bersama, kebutuhan akan gas yang terus meningkat tanpa diimbangi stok yang ada, akan menimbulkan gejolak saat permintaan mereka tidak bisa terpenuhi,'' paparmya.

Sementara terkait penyaluran atau penjualan elpiji PSO 3 kg (subsidi) belakangan ini, ia mengatakan dari data yang ada sampai akhir Desember sudah mencapai 9.050 kg/bulan, sedangkan di awal tahun atau Januari 2012 baru mencapai angka 7.008 kg, disamping elpiji Non PSO 12 kg lebih dari 1.600 kg/bulan.

Kebijakan pemerintah Indonesia mengkonversi minyak tanah ke gas ternyata cukup berhasil dan pelan-pelan dapat diterima masyarakat. Kebijaan ini dilakukan karena kelangkaan minyak tanah dan naiknya harga minyak dunia saat itu yang mencapai US$ 82 per barel, sedangkan elpiji yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan dapat menghemat pengeluaran negara. Bahkan, keberhasilan konversi tersebut juga cukup dirasakan di wilayah Provinsi Bali, hal itu dibuktikan dengan terus meningkatnya kebutuhan akan gas belakangan ini.


Sumber :  https://www.facebook.com/balipost/posts/254835841249731

Tidak ada komentar:

Posting Komentar