TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sedang
menyiapkan program subsidi elpiji 3 kilogram mulai tahun ini.
Diperkirakan, pada tahun depan, 28 juta rumah tangga tidak bisa membeli
gas “melon” itu dengan harga subsidi.
“Kami keliling ke beberapa
daerah dan bertemu dengan perbankan,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan
Gas Bumi I Gusti Nyoman Wiratmaja, di Jakarta, Rabu, 1 Maret 2017.
Wiratmaja mencatat, penerima subsidi elpiji sekarang mencapai 54,7 juta
rumah tangga. Dalam program baru, jumlah penerima hanya 26 juta rumah
tangga. Saat ini, pemerintah sedang memverifikasi para penerima subsidi.
Artinya, kata Wiratmaja, masih ada kemungkinan rumah tangga sasaran
menjadi berkurang atau bahkan bertambah.
Nantinya, subsidi bakal
disalurkan melalui kartu yang dikeluarkan Kementerian Sosial. Pemegang
kartu bisa membeli elpiji 3 kilogram dengan harga subsidi. Adapun warga
yang tidak memiliki kartu harus menebusnya dengan harga keekonomian.
Kementerian Energi mengidentifikasi empat pulau siap memulai program
subsidi anyar tersebut mulai tahun ini. Keempat pulau itu adalah Batam,
Bangka, Lombok, dan Bali. Wiratmaja menargetkan penerapannya bisa
dimulai pertengahan tahun depan.
Pemerintah telah menguji coba
efektivitas subsidi langsung di Tarakan, Kalimantan Timur, sejak tahun
lalu. Hasilnya, masyarakat di Tarakan tidak lagi sulit mendapat elpiji
dan tidak pernah terjadi kelangkaan. Pemerintah daerah juga menjadi
lebih mudah mengendalikan kuota elpiji karena penerimanya sudah
terdaftar. “Tanpa dukungan pemerintah daerah, program ini sulit
terlaksana,” kata Wiratmaja.
Tanpa pembatasan, Wiratmaja berujar,
konsumsi elpiji sulit dikontrol. Berdasarkan evaluasi Kementerian
Energi, selama ini subsidi justru dinikmati masyarakat golongan menengah
ke atas. Padahal sekitar 65 persen elpiji berasal dari impor.
Kementerian Energi mencatat pemakaian subsidi naik setiap tahun
rata-rata 13 persen. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
tahun ini, pemerintah menetapkan subsidi elpiji 3 kilogram sebanyak
7,09 juta metrik ton, atau naik dibanding jatah tahun lalu yang sebesar
6,25 juta metrik ton. Peningkatan kuota, antara lain, berkaitan dengan
pembagian 537 ribu paket perdana elpiji dalam rangka program konversi
minyak tanah.
Wiratmaja memastikan, meski subsidi tertutup
diterapkan, program konversi elpiji tetap berjalan. Nantinya, pembagian
paket perdana bakal mengacu pada data penerima subsidi yang dirilis Tim
Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Kemiskinan.
Direktur
Pemasaran PT Pertamina (Persero) Iskandar mengatakan harga elpiji
bersubsidi saat ini Rp 4.750 per kilogram. Padahal harga keekonomiannya
mencapai Rp 10 ribu per kilogram.
Iskandar memprediksi tahun ini
besaran subsidi yang ditanggung pemerintah membengkak. Sebab, asumsi
Crude Price Aramco, sebagai patokan harga dalam APBN, hanya US$ 300 per
metrik ton. Padahal harga riil sudah naik perlahan di kisaran US$ 320
per metrik ton. “Kami harus siapkan segera. Sebab, subsidi energi besar
di elpiji,” ujar Iskandar, beberapa waktu lalu.
Sumber : https://m.tempo.co/read/news/2017/03/02/090851729/jumlah-penerima-subsidi-elpiji-dipangkas-28-juta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar